Serangan
ke Pearl Harbor (disebut Operasi Hawaii atau
Operasi AI oleh Mabes Umum Kekaisaran Jepang (Operasi Z dalam perencanaannya)
dan Pertempuran Pearl Harbor) adalah serangan militer mendadak yang dilakukan
oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terhadap pangkalan AL Amerika Serikat di Pearl Harbor,
Hawaii, pada pagi hari tanggal 7 Desember 1941 (8 Desember di Jepang). Serangan
tersebut dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar Armada Pasifik AS tidak ikut
campur dalam aksi-aksi militer yang sedang direncanakan Kekaisaran Jepang di
Asia Tenggara terhadap wilayah-wilayah jajahan Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat.
Pangkalan
tersebut diserang oleh 353 pesawat tempur, pembom dan pesawat torpedo Jepang
dalam dua gelombang, yang diluncurkan dari enam kapal induk. Kedelapan kapal
perang Angkatan Laut AS rusak, dengan empat di antaranya tenggelam. Dari
kedelapan kapal ini, dua diangkat ke permukaan, empat diperbaiki, enam kapal
tempur kembali bertugas dalam perang. Pihak Jepang juga menenggelamkan atau
merusak tiga kapal penjelajah, tiga kapal perusak, sebuah kapal latih
anti-pesawat, dan satu kapal penebar ranjau. 188 pesawat AS dihancurkan; 2.402
orang Amerika tewas dan1.282 terluka. Gardu listrik, galangan kapal,
fasilitas-fasilitas perawatan, penyimpanan bahan bakar dan torpedo, juga
dernaga kapal selam dan bangunan markas besar (yang juga merupakan rumah dari
seksi intelijen) tidak diserang. Kerugian Jepang adalah ringan: 29 pesawat dan
lima kapal selam mini hilang, dan 65 anggota tewas atau terluka. Satu pelaut
Jepang ditangkap.
Serangan
tersebut menjadi kejutan yang sangat mendalam bagi rakyat Amerika dan menjadi
penyebab langsung terjunnya Amerika ke kancah Perang Dunia II di mandala
Pasifik dan Eropa. Di hari berikutnya (8 Desember), Amerika Serikat menyatakan
perang terhadap Jepang. Dukungan terhadap kebijakan isolasionisme Jepang yang
tadinya kuat telah menghilang. Dukunagn diam-diam bagi Inggris (contohnya
Patroli Kenetralan) digantikan oleh persekutuan aktif. Operasi-operasi
berikutnya dari AS membuat Jerman dan Italia menyatakan perang terhadap AS pada
tanggal 11 Desember yang langsung diladeni oleh AS pada hari itu juga.
Ada
banyak preseden bersejarah bagi aksi militer mendadak Jepang tersebut.
Bagaimanapun, kurangnya peringatan resmi, terutama ketika negosiasi sedang
berlangsung, membuat Presiden Franklin D. Roosevelt menyatakan tanggal 7 Desember 1941 sebagai “tangggal yang
akan hidup dalam keburukan”.
Latar belakang konflik
- Mengantisipasi perang
Serangan
terhadap Pearl Harbor dimaksudkan untuk menetralisir Armada Pasifik AS, dan
maka dari itu melindungi gerak maju Jepang ke Malaya dan Hindia Timur Belanda,
di mana dia mencari akses ke sumber daya alam seperti minyak dan karet. Perang
antara Jepang dan Amerika Serikat telah menjadi suatu kemungkinan yang telah
disadari oleh masing-masing bangsa (dan mengembangkan rencana-rencana persiapan
untuknya) sejak tahun 1920an, walaupun ketegangan-ketegangantidak menjadi lebih
serius sampai invasi Jepang ke Manchuria pada tahun 1931. Sepanjang decade
berikutnya, Jepang terus melebarkan invasinya ke Cina, yang menyebabkan perang
habis-habisan pada tahun 1937. Jepang mengerahkan upaya yang lumayan besar
mencoba untuk mengisolasi Cina dan memperolah kemerdekaan sumber daya yang
memadai untuk menraih kemenangan di daratan utama; “Operasi Selatan” dirancang
untuk membantu upaya-upaya ini.
Sejak
bulan Desember 1937, kejadian-kejadian seperti serangan Jepang terhadap USS Panay dan Pembantaian Nanking (lebih dari 200.000 orang tewas
dalam pembantaian tanpa pandang bulu tersebut) membuat pandangan masyarakat
Barat berbalik tajam terhadap Jepang dan meningkatkan rasa takut akan ekspansi
Jepang, yang membuat Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menyediakan bantuan
pinjaman untuk kontrak-kontrak pasokan perang ke Republik Cina.
Pada
tahun 1940, Jepang menginvasi Indocina Prancis dalam upaya untuk mengendalikan
pasokan-pasokan yang mencapai Cina. Amerika Serikat menghentikan pengiriman
pesawat, suku cadang, peralatan perkakas, dan bahan bakar pesawat yang
ditangkap Jepang sebagai tindakan tidak bersahabat. AS tidak menghentikan
ekspor minyak ke Jepang pada waktu itu sebagian karena sentimen yang berlaku di
Washington yang menganggap tindakan seperti itu adalah langkah yang ekstrim
dikarenakan ketergantungan Jepang akan minyak dari AS, dan kemungkinan akan
dianggap sebagai provokasi oleh Jepang.
Pada
awal tahun 1941, Presiden Franklin D. Roosevelt memindahkan Armada Pasifik ke Hawaii dari pangkalan
sebelumnya di San Diego dan memerintahkan peningkatan kekuatan militer di Filipina
dengan harapan dapat menggentarkan agresi Jepang di Timur Jauh. Karena komando
tinggi Jepang (secara salah) yakin serangan terhadap koloni-koloni Inggris di
Asia Tenggara akan melibatkan AS dalam perang, sebuah serangan pencegahan yang
menghancurkan terlihat sebagai satu-satunya cara untuk menghindari campur
tangan AL AS. Sebuah invasi ke Filipina juga dianggap penting oleh para
perencana perang Jepang. Rencana Perang Orange AS telah merencanakan
mempertahankan Filipina dengan pasukan elit berkekuatan 40.000 orang. Rencana
ini ditentang oleh Douglas MacArthur, yang merasa bahwa ia membutuhkan pasukan yang berjumlah
sepuluh kali lipat dari itu, dan tak pernah dilaksanakan. Pada tahun 1941, para
perencana AS mengantisipasi untuk meninggalkan Filipina pada saat perang pecah
dan perintah-perintah untuk melaksanakannya diberikan pada akhir 1941 untuk Laksamana
Thomas Hart, komandan Armada Asiatik.
AS
menghentikan ekspor minyak ke Jepang pada bulan Juli 1941, menyusul ekspansi
Jepang ke Indocina Prancis setelah jatuhnya Prancis, sebagian juga dikarenakan
pembatasan baru Amerika bagi konsumsi minyak dalam negeri. Hal ini menyebabkan
Jepang melanjutkan rencananya untuk merebut Hindia Timur Belanda, sebuah
wilayah yang kaya minyak. Jepang dihadapkan dengan pilihan untuk mundur dari
Cina dan kehilangan muka atau merebut dan mengamankan sumber-sumber baru bahan
mentah di koloni-koloni eropa yang kaya akan sumber daya alam di Asia Tenggara.
Perencanaan
awal untuk serangan ke Pearl Harbor untuk melindungi gerakan ke “Kawasan Sumber
Daya Selatan” (istilah pihak Jepang untuk Hindia Timur Belanda dan Asia
Tenggara pada umumnya) telah mulai sangat awal pada tahun 1941 di bawah
persetujuan-persetujuan dari Laksamana Isoroku Yamamoto, yang pada waktu itu mengomandani Armada Gabungan Jepang.
Dia memenangkan persetujuan untuk perencanaan dan pelatihan formal untuk sebuah
serangan dari staf Umum AL Kekaisaran Jepang hanya setelah banyak adu pendapat
dengan Mabes Angkatan Laut, termasuk mengancam akan melepas jabatannya.
Perencanaan skala penuh mulai berjalan pada awal musim semi tahun 1941,
terutama oleh Kapten Minoru Genda. Para staf perencanaan Jepang mempelajari serangan udara
Inggris di tahun 1940 terhadap armada
Italia di Taranto
secara intensif. Hal ini sangat berguna bagi mereka ketika merencanakan
serangan mereka terhadap pasukan laut AS di Pearl Harbor.
Setelah beberapa bulan kemudian,
pilot-pilot sudah dilatih, peralatan sudah diadaptasikan, dan data intelijen
dikumpulkan. Di luar persiapan ini, rencana serangan tidak di setujui oleh
Kaisar Hirohito sampai tanggal 5 November, setelah tiga dari empat Konferensi
Kekaisaran meminta untuk mempertimbangkan permasalahan itu. Persetujuan akhir
tidak diberikan oleh kaisar sampai tanggal 1 Desember, setelah mayoritas
pemimpin-pemimpin Jepang menasehatinya kalau “Catatan Hull” akan “menghancurkan
hasil-hasil dari insiden Cina, membahayakan Manchukuo dan merusak kendali
Jepang terhadap Korea.”
Pada
akhir tahun 1941, banyak pengamat percaya bahwa perang antara AS dan Jepang
sudah sangat dekat. Sebuah angket Gallup sesaat sebelum serangan ke PearlHarbor
menemukan bahwa 52% warga Amerika megharapkan perang dengan Jepang, 27% tidak
mengharapkan perang, dan 21% tidak tahu. Walaupun sementara itu
pangkalan-pangkalan Pasifik AS berkali-kali ditempatkan dalam posisi siaga,
para pejabat AS meragukan kalau Pearl Harbor akan menjadi sasaran pertama.
Mereka mengharapkan Filipina yang akan diserang duluan. Anggapan ini disebabkan
oleh bahwa lanud-lanud di seluruh negeri itu dan pangkalan AL di Manila berada
di jalur laut di mana kapal-kapal yang membawa pasokan bagi Jepang dari wilayah
selatan melewatinya Mereka juga salah mengira kalau Jepang tak mampu
melakukan lebih dari satu operasi besar maritim sekaligus.
- Tuhan dari serangan
Serangan
tersebut memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, dimaksudkan untuk
menghancurkan unit-unit penting armada Amerika, dan akan menghalangi Armada
Pasifik untuk campur tangan dalam penklukan Hindia Timur Balenda dan Malaya
oleh Jepang. Kedua, diharapkan untuk mengulur waktu bagi Jepang untuk
mengkonsolidasi posisinya dan meningkatkan kekuatan AL-nya sebelum pembuatan
kapal yang diperbolahkan oleh Undang-Undang Vinson-Walsh pada tahun 1940
menghapus kesempatan ubntuk meraih kemenangan. Terakhir, dimaksudkan untuk
meruntuhkan semangat warga Amerika, yang akan mengurungkan niat Amerika
melakukan peperangan yang menjangkau daerah barat Samudera Pasifik dan Hindia
Timur Belanda. Untuk memaksimalkan efek peruntuhan moral itu, kapal-kapal
tempur dipilih sebagai sasaran utama, karena mereka adalah kapal-kapal
kebanggan bagi angkatan laut manapun. Maksud keseluruhannya untuk memungkinkan
Jepang agar dapat menaklukkan Asia Tenggara gangguan.
Menyerang
Armada Pasifik yang sedang buang sauh di Pearl Harbor memiliki dua kekurangan
yang nyata: kapal-kapal sasaran berada perairan yang sangat dangkal, sehinga
angkat mudah untuk diangkat dan diperbaiki bila tenggelam; dan sebagian besar
awaknya akan selamat dari serangan, karena banyak dari mereka akan cuti atau
diselamatkan oleh rekan di darat. Kekurangan lainnya lagi—ini tentang
pewaktuan, dan diketahui oleh pihak Jepang—adalah absennya ketiga kapal induk Armada
Pasifik AS di Pearl Harbor (Enterprise, Lexington, dan Saratoga). Ironisnya, para pemimpin tingkat atas IJN sangat menjiwai
doktrin “pertempuran yang menentukan” oleh Laksama Mahan—terutama yang
menyinggung tentang menghancurkan sebanyak mungkin kapal tempur—yang di luar
kekhawatiran-kekhawatiran ini, Yamamoto memutuskan untuk tetap melanjutkn
rencananya.
Jepang
percaya akan kemampuan mereka untuk memenangkan perang dalam waktu singkat yang
juga berarti sasaran-sasaran lain di pelabuhan, terutama galangan kapal AL,
kompleks penyimpanan minyak, dan pangkalan kapal selam, bisa untuk tidak
dihiruakan, karena—menurut pikiran mereka—perang akan berakhir pada saat
pengaruh fasilitas-fasilitas ini bisa dirasakan.
- Pendekatan dan serangan
Pada
tanggal 26 November 1941, sebuah satuan tugas Jepang (Pasukan Penyerang) yang
terdiri dari enam kapal induk (Akagi, Kaga, Sōryū, Hiryū, Shōkaku, dan Zuikaku)
berangkat dari Jepang Utara menuju ke posisi di barat laut Hawaii, bermksud
untuk meluncurkan pesawat-pesawat mereka untuk menyerang Pearl Harbor.
Keseluruhannya, 408 pesawat akan digunakan: 360 untuk melakukan serangan dalam
dua gelombang, 48 untuk patrol tempur, termasuk sembilan pesawat tempur dari
gelombang pertama.
Gelombang pertama akan menjadi
serangan utama, sementara gelombang kedua bertugas untuk menyelesaikan tugas
apapun yang belum sempat diselesaikan oleh gelombang pertama. Gelombang pertama
mengandung sebagian besar dari senjata untuk menyerang kapal-kapal perang
utama, terutama torpedo Tipe 91 yang dimodifikasi secara khusus yaitu dengan
memasang mekanisme anti-terguling dan pemanjangan bilah kemudi yang membuat
mereka dapat beroperasi di perairan dangkal. Para penerbang diperintahkan untuk
memilih sasaran-sasaran bernilai tertinggi (kapal- tempur dan kapal induk) atau
jika tidak ada, kapl-kapal lain yang juga bernilai tinggi (kapal penjelajah dan
kapal perusak). Pembom-pembom tukik diperintahkan untuk menyerang sasaran
darat. Pesawat tempur diperintahkan untuk memberondong dan menghancurkan
sebanyak mungkin pesawat yang sedang diparkir untuk menjamin bahwa mereka tak
dapat mengudara untuk membalas serangan pesawat pembom, terutama mereka yang
berada di gelombang pertama. Pada saat pesawat tempur mulai kehabisan bahan
bakar mereka harus kembali ke kapal induk untuk mengisi bahan bakar dan kembali
bertempur. Pesawat tempur juga ditugaskan untuk berpatroli tempur, terutama di
atas lapangan-lapangan udara AS.
Sebelum serangan dilaksanakan, dua
pesawat pengintai diluncurkan dari kapal-kapla penjelajah dikirim untuk
mengintai Oahu dan melaporkan komposisi dan lokasi armada musuh. Empat pesawat
pengintai lainnya berpatroli di kawasan antara pasukan kapal induk Jepang (Kido Butai)
dan Niihau,
untuk menghindari satgas tersebut dari serangan balasan mendadak.
- Kapal-kapal selam
Kapal-kapal
selam armada I-16, I-18, I-20, I-22, dan I-24
masing-masing membawa kapal selam mini Tipe A untuk dilepas di parairan Oahu.
Kelima kapal selam tersebut meninggalkan Distrik AL Kure pada tanggal 25
November 1941, mendekat sampai 10 mil laut (19 km) dari mulut Pearl Harbor
dan meluncurkan bawaan mereka pada sekitar pukul 01:00 tanggal 7 Desember. Pada
pukul 03:42 Waktu Hawaii, kapal penyapu ranjau USS Condor memergoki
periskop sebuah kapal selam mini di barat daya pelampung tanda gerbang masuk ke
Pearl Harbor dan memberitahu kapal perusak USS Ward. Kapal selam mini itu kemungkinan telah memasuki Pearl
Harbor. Bagaimanapun, Ward menenggelamkan kapal selam mini lainnya pada
pukul 06:37 yang merupakan tembakan pertama dari pihak Amerika di Mandala
Pasifik. Sebuah kapal selam mini di sisi utara Pulau Ford gagal mengenai kapal
pengurus pesawat amfibi Curtiss dengan torpedo pertamanya dan gagal juga untuk mengenai
kapal perusak Monaghan yang sedang menyerangnya sebelum
ditenggelamkan olah Monaghan pada pukul 08:43.
Kapal
selam mini ketiga kandas dua kali, sekali di luar pintu masuk pelabuhan dan
sekali lagi di di sisi timur Oahu, dimana ia tertangkap pada tanggal 8
Desember.Letda Kazuo Sakamaki berenang ke pantai dan ditawan, menjadi tawanan
perang pertama asal Jepang. Yang keempat telah rusak terkena serangan bom laut
dan ditinggalkan awaknya sebelum sempat menembakkan torpedonya. Sebuah analisa
foto serangan tersebut yang dilakukan pada tahun 1999 oleh Institut AL Amerika
Serikat mengindikasikan bahwa sebauh kapal selam mini kemungkinan telah
berhasil menembakkan torpedonya ke USS West Virginia. Pasukan Jepang
menerima sebuah pesan radio dari sebuah kapal selam mini pada pukul 00:41
tanggal 8 Desember yang menyatakan telah merusak satu atau lebih kapal perang
besar di dalam Pearl Harbor. Posisi akhir kapal selam tersebut tidak diketahui,
tapi ia tidak kembali ke kapal selam induknya. Pada tanggal 7 Desember 2009,
harian Los Angeles Times melaporkan bahwa ada bukti berdasarkan keadaan bahwa
tiga potongan kapal selam yang ditemukan tiga mil di selatan Pearl Harbor
antara tahun 1994 dan 2001 bisa jadi adalah kapal selam yang hilang tersebut.
Terbitan tersebut juga melaporkan bahwa ada bukti kuat berdasarkan keadaan
kalau kapal selam itu menembakkan dua torpedo ke Battleship Row. Puing-puing yang
dibuang di luar pelabuhan sebagai bagian dari upaya untuk menutupi bekas-bekas
Bencana West Loch, ledakan amunisi yang terjadi pada tahun 1944 yang
menghancurkan enam kapal pendarat tank yang sedang bersiap untuk Operasi
Forager, invasi ke kepulauan Mariana.
- Pernyataan perang Jepang
Serangan tersebut terjadi sebelum
ada pernyatan perang resmi apapun oleh Jepang, tapi ini bukan yang dimaksudkan
oleh Laksamana Yamamoto. Dia telah menekankan bahwa serangan tidak boleh
dilaksanakan sampai tiga puluh menit setelah Jepang memberitahu Amerika Serikat
bahwa negosiasi perdamaian telah berakhir.Jepang mencoba untuk menegakkan
konvensi perang sambil tetap memegang unsur kejutan, tapi serangan dimulai
sebelum pemberitahuan tersebut dapat diantarkan. Tokyo mengirimkan
pemberitahuan yang terdiri dari 5.000 kata tersebut (biasa disebut sebagai
“Pesan 14 Bagian”) dalam dua blok ke Kedutaan Jepang di Washington, tapi proses
penerjemahan pesan tersebut terlalu lama sehingga duta besar Jepang tidak dapat
mengantarkannya tepat waktu. (Nyatanya, para pemecah kode AS telah memecahkan
dan menerjemahkan sebagian besar pesan tersebut berjam-jam sebelum saatnya
untuk diantar.)[54] Bagian akhir dari “Pesan 14 Bagian” tersebut
kadag-kadang digambarkan sebagai pernyataan perang. Sementara pesan itu bukan
merupakan pernyataan perang maupun pemutusan hubungan diplomatik, tapi yang
terlihat di mata sejumlah pejabat pemerintahan dan militer senior AS adalah
indikasi kuat bahwa negosiasi akan dihentikan dan perang dapat pecah kapanpun.
Sebuah pernyataan perang dicetak di halaman depan Koran-koran Jepang edisi
petang tanggal 8 Desember, tapi tidak disampaikan ke pemerintah AS sampai
sehari setelah serangan.
Selama puluhan tahun, orang
menganggap bahwa Jepang menyerang tanpa peringatan pemutusan hubungan secara
resmi hanya karena kecelakaan dan gosip terlambatnya pengiriman surat
pernyataan perang ke Washington. Pada tahun 1999, bagaimanapun, Takeo Iguchi,
seorang professor bidang hukum dan hubungan internasional di Universitas
Kristen Internasional di Tokyo, menemukan dokumen-dokumen yang menunjukkan
debat kusir di dalam pemerintahan tentang bagaimana cara untuk, dan tentu saja
apakah harus, memberitahu Washington tentang niat Jepang untuk menghentikan
negosiasi dan memulai perang, termasuk sebuah masukan di buku harian perang
tertanggal 7 Desember yang berkata, “diplomasi kami yang penuh muslihat mulai
menunjukkan keberhasilan.” Tentang ini, Iguchi berkata, “Buku harian tersebut
menunjukkan bahwa Angkatan Darat dan Laut tidak ingin memberikan pernyataan
perang yang layak, atau pemberitahuan awal akan dihentikannya negosiasi … dan
mereka tentu saja berhasil.”
- Komposisi gelombang pertama
Jepang menyerang dalam dua
gelombang. Gelombang pertama dideteksi oleh radar AD AS pada jarak 252 km,
tapi dikira sebagai rombongan pembom Korps Udara AD AS yang baru tiba dari
daratan Amerika
Atas:
A. Lanud AL Pulau Ford B. Lanud Hickam C. Lanud Bellows D. Lanud Wheeler
E. Lanud AL Kaneohe F. MCAS Ewa R-1. Stasiun Radar Opana R-2. Stasiun Radar Kawailoa R-3. Stasiun Radar Kaawa
G. Haleiwa H. Kahuku I. Wahiawa J. Kaneohe K. Honolulu
0. Rombingan B-17 dari daratan utama 1. Grup serang pertama 1-1. Pembom datar 1-2. Pembom torpedo 1-3. Pembom tukik 2. Grup serang kedua 2-1. Pembom datar 2-1F. Pesawat tempur 2-2. Pembom tukik
Bawah:
A. Pulau Wake B. Kepulauan Midway C. Pulau Johnston D. Hawaii
D-1. Oahu 1. USS Lexington 2. USS Enterprise 3. Armada udara pertama
Atas:
A. Lanud AL Pulau Ford B. Lanud Hickam C. Lanud Bellows D. Lanud Wheeler
E. Lanud AL Kaneohe F. MCAS Ewa R-1. Stasiun Radar Opana R-2. Stasiun Radar Kawailoa R-3. Stasiun Radar Kaawa
G. Haleiwa H. Kahuku I. Wahiawa J. Kaneohe K. Honolulu
0. Rombingan B-17 dari daratan utama 1. Grup serang pertama 1-1. Pembom datar 1-2. Pembom torpedo 1-3. Pembom tukik 2. Grup serang kedua 2-1. Pembom datar 2-1F. Pesawat tempur 2-2. Pembom tukik
Bawah:
A. Pulau Wake B. Kepulauan Midway C. Pulau Johnston D. Hawaii
D-1. Oahu 1. USS Lexington 2. USS Enterprise 3. Armada udara pertama
<6.4 m
6.7–7.0 m
8.8 m
9.1–9.8 m
10.1–10.4 m
10.4–10.7 m
11.0–11.3 m
11.6–11.9 m
12.2–12.5 m
12.8–14.6 m
>14.9 m
Kota
Pangkalan Angkatan Darat
Pangkalan Angkatan Laut
Sasaran-sasaran yang diserang:
1: USS California
2: USS Maryland
3: USS Oklahoma
4: USS Tennessee
5: USS West Virginia
6: USS Arizona
7: USS Nevada
8: USS Pennsylvania
9: Ford Island NAS
10: Hickam field
Sasaran infrastruktur yang diabaikan:
A: Tangki penyimpanan minyak
B: Gedung mabes CINCPAC
C: Pangkalan kapal selam
D: Galangan kapal AL
1: USS California
2: USS Maryland
3: USS Oklahoma
4: USS Tennessee
5: USS West Virginia
6: USS Arizona
7: USS Nevada
8: USS Pennsylvania
9: Ford Island NAS
10: Hickam field
Sasaran infrastruktur yang diabaikan:
A: Tangki penyimpanan minyak
B: Gedung mabes CINCPAC
C: Pangkalan kapal selam
D: Galangan kapal AL
Gelombang serangan pertama yang terdiri
dari 183 pesawat diluncurkan dari utara Oahu, dipimpin oleh Letkol Mitsuo
Fuchida. Termasuk di dalamnya:
- Grup 1
(Sasaran: kakapl-kapal tempur dan kapal-kapal induk)
- 50 pembom Nakajima B5N Kate yang membawa bom
penembus baja seberat 800 kg, diorganisasikan dalam empat seksi
- 40 pembom B5N yang membawa torpedo Type 91, juga dalam
empat seksi
- Grup 2
– (sasaran: Pulau Ford dan Lapangan Wheeler)
- 54 pembom tukik Aichi D3A Val yang membawa bom
249 kg
- Grup 3
– (sasaran: pesawat-pesawat di Pulau Ford, Lapangan hickam, Lapangna
Wheeler, Barber’s Point, Kaneohe)
- 45 pesawat tempur Mitsubishi A6M Zeke untuk kendali udara dan pemberondongan (strafing) Enam pesawat gagal meluncur dikarenakan kesulitan teknis.
Ketika gelombang pertama mendekati
Oahu, sebuah radar SCR-270 milik AD AS di Opana Point dekat ujung utara pulau
tersebut (belum operasional dan sedang dalam mode latihan selama berbulan-bulan)
mendeteksi mereka dan membunyikan peringatan. Radar telah digunakan dalam mode
latihan oleh Departemen Hawaii AD AS untuk beberapa saat, tapi tidak beroperasi
penuh. Walaupun para operatornya, Prajurit George Elliot Jr. dan Joseph
Lockard, melaporkan sebuah sasaran, seorang perwira yang baru saja ditugaskan
di Pusat Pencegatan yang hampir semua personelnya sedang tidak bertugas, Letnan
Kermit A. Tyler, memnganggap itu adalah rombongan yang terdiri dari enam pembom
B-17 yang memang dijadwalkan datang pada pagi itu. Arah dari mana pesawat
tersebut datang memang dekat (kedua arah datang tersebut hanya terpisah
beberapa derajat), sementara para operator belum pernah melihat formasi sebesar
itu di radar; mereka lupa memberitahu Tyler akan ukurannya, sementara Tyler,
dengan alasan keamanan, tak dapat memberitahu mereka kalau rombongan B-17
tersebut sudah mendarat (walaupun semua orang sudah tahu akan hal itu).
Beberapa pesawat AS ditembak jatuh
ketika gelombang pertama mendekati daratan, dan satu di antaranya menyiarkan
peringatan yang sepertinya ‘nggak nyambung’. Peringatan-peringatan lain
dari kapal-kapal di luar pintu masuk pelabuhan juga sedang diproses atau
menunggu konfirmasi ketika pesawat-pesawat penyerang memulai pemboman dan
pemberondongan. Bagaimanapun, tidak jelas apakah perinagatan seperti apapun
akan berpengaruh walaupun diterjemahkan dengan tepat dan segera. Hasil-hasil
yang dicapai Jepang di Filipina secara esensial sama seperti di Pearl Harbor,
walaupun MacArthur telah mendapatkan peringatan selama sembilan jam bahwa
Jepang telah menyerang di Pearl Harbor.
Serangan udara terhadap Pearl Harbor
dimulai pada pukul 07:48. Waktu Hawaii. (03:18 8 Desember Waktu Standar Jepang,
seperti yang dicatat oleh kapal-kapal Kido Butai), dengan serangan terhadap
Kaneohe. Total 353 pesawat Jepang dalam dua gelombang mencapai Oahu.
Pembom-pembom torpedo yang lamban dan rentan memimpin gelombang pertama,
memanfaatkan momentum kejutan awal untuk menyerang kapal-kapal penting
(kapal-kapal tempur), sementara pembom-pembom tukik menyerang
pangkalan-pangkalan udara AS di Oahu Oahu, mulai dari Lapangan Hickam Field,
yang terbesar, dan Lapangan Wheeler, pangkalan utama pesawat tempur Korps Udara
AD AS. Ke-171 pesawat di gelombang kedua menyerang Lapangan Bellows milik Korps
Udara di dekat Kaneohe di sisi pulau yang menghadap angin, dan Pulau Ford.
Satu-satunya perlawanan udara dilakukan oleh segelintir P-36 Hawk, P-40 Warhawk
dan beberapa pembom tukik SBD Dauntless dari kapal induk USS Enterprise.
Para awak di atas kapal-kapal AS
terbangun karena bunyi alarm, bom-bom yang meledak dan suara tembakan membuat
mereka yang masih setengah sadar segera berpakaian sambil bergegas menuju
stasiun tempur mereka. (Pesan terkenal, “Serangan udara Pearl Harbor. Ini bukan
latihan.”, dikirim dari mabes Wing Patroli Dua, komando senior Hawaii yang
pertama merespon) Mereka yang bertahan berada dalam keadaan sangat tidak siap.
Tempat penyimpan amunisi terkunci, pesawat-pesawat terparkir rapat di tempat
terbuka untuk mencegah sabotase, meriam-meriam tidak diawaki (tak ada satu pun
meriam 5″/38 milik AL yang beraksi, hanya seperempat dari senapan mesin mereka,
dan hanya empat dari 31 meriam AD yang beraksi). Walaupun diserang secara
mendadak, banyak personel militer Amerika merespon secara efektif selama
pertempuran. Letda Joe Taussig, Jr., satu-satunya perwira di atas USS Nevada,
berhasil melayarkan kapal tersebut selama pertempuran tapi kehilangan kakinya.
Kapal tersebut dikandaskan di pelabuhan oleh Mualim I-nya. Salah satu dari
kapal perusak, USS Aylwin, berlayar dengan hanya empat perwira, semuanya
Letnan Dua, dan tak satu pun memiliki pengalaman di laut lebih dari setahun;
dia beroperasi di laut selama 36 jam sebelum komandannya berhasil naik. Kapten
Mervyn Bennion, yang mengomandani USS West Virginia, memimpin anak
buahnya sampai dia terkena pecahan bom yang mengenai USS Tennessee, yang
tertambat si sebelahnya.
- Komposisi gelombang kedua
Gelombang kedua terdiri dari 171
pesawat: 54 B5N, 81 D3A, dan 36 A6M, dipimpin oleh Mayor Shigekazu Shimazaki.
Empat pesawat gagal meluncur disebabkan oleh kesulitan teknis. Gelombang ini
dan sasarannya terdiri dari:
- Group 1
– 54 B5N yang membawa bom 249 kg dan 60 kg
- 27 B5N – pesawat dan hangar di Kaneohe, Pulau Ford,
dan Barber’s Point
- 27 B5N – pesawat dan hangar di Lapangan Hickam
- Grup 2
(sasaran: kapal-kapal induk dan penjelajah)
- 81 D3A yang membawa bom 249 kg, terbagi dalam
empat seksi
- Grup 3
– (sasaran: pesawat di Pulau Ford, Lapangan Hickam, Lapangan Wheeler,
Barber’s Point, Kaneohe)
- 36 A6M untuk pertahanan dan pemberondongan
Gelombang kedua dibagi menjadi tiga
grup. Satu ditugaskan untu menyerang Kaneohe, dan sisanya menyerang seluruh
Pearl Harbor. Seksi-seksi yang terpisah tersebut tiba di titik penyerangan
hampir bersamaan dari beberapa arah.
Sembilan puluh menit setelah dimuali
akhirnya serangan tersebut berakhir. 2.386 personel Amerika gugur (55
diantaranya warga sipil, sebagian besar tewas karena tertimpa peluru meriam
anti-pesawat Amerika yang tidak meledak dan terjatuh di wilayah warga sipil),
1.139 orang terluka. Delapan belas kapal karam atau kandas, termasuk lima kapal
tempur.
Dari seluruh korban jiwa di pihak
Amerika, hampirr separuhnya (1.177) disebabkan oleh ledakan gudang mesiu bagian
depan Arizona setalah terkena peluru meriam 400mm yang
dimodifikasi menjadi bom.
Setelah terkena torpedo dan
terbakar, Nevada mencoba keluar dari pelabuhan. Dia diserang oleh banyak
pembom Jepang sembari berlayar dan mendapatkan lebih banyak kerusakan dari
bom-bom 113 kg, yang membuat kebakarannya meluas. Akhirnya dia dikandaskan
dengan sengaja agar tidak menghalangi pintu masuk pelabuhan.
California terkena oleh dua bom dan dua torpedo. Para awaknya
sebenarnya dapat membuatnya tetap mengapung tetapi mereka diperintahkan untuk
meninggalkan kapan ketika mereka baru akan menyalakan pompa. Minyak yang
terbakar yang berasal dari Arizona dan West Virginia menjalar ke
arahnya dan kemungkinan membuat situasinya terlihat terlihat lebih parah dari
yang sebenarnya. Kapal untuk sasaran latihan menembak yang sudah dilucuti
persenjataannya, Utah, dihantam dua torpedo. West Virginia
dihantam tujuh torpedo, torpedo ketujuh merobek bilah kemudinya. Oklahoma
dihantam empat torpedo, dua torpedo terakhir mengenainya di atas lapis baja
sampingnya yang menyebabkannya terguling. Maryland dihantam dua peluru 400mm tapi tak satupun menyebabkan
kerusakan serius.
Walaupun Jepang berkonsentrasi ke
kapal-kapal tempur (kapal-kapal terbesar yang ada di Pearl Harbor), tapi mereka
tidak mengabaikan sasaran lainnya. Kapal penjelajah ringan Helena ditorpedo,
dan getaran dari ledakannya menggulingkan kapal penebar ranjau Oglala yang tertambat di sebelahnya. Dua
kapal perusak di dok kering, Cassin dan Downes hancur ketika bom
mengenai bunker bahan bakar mereka. Bahan bakar yang bocor terbakar; membanjiri
dok kering dalam usaha memdamkan api malah memmbuat minyak yang terbakar naik
ke atas dan membakar kedua kapal tersebut. Cassin tergelincir dari balok
penahan lunasnya dan terguling ke arah Downes. Kapal penjelajah ringan Raleigh
dilubangi oleh sebuah torpedo. Kapal penjelajah ringan Honolulu rusak
tapi tetap dapat bertugas. Kapal perbaikan Vestal, yang ditambatkan di
sisi Arizona, rusak berat dan kandas. Kapal pengurus pesawat amfibi Curtiss juga rusak. Kapal perusak Shaw rusak parah ketika
dua bom mengenai gudang mesiu bagian depannya.
Dari 402 pesawat Amerika di Hawaii,
188 hancur dan 159 rusak, 155 diantaranya diserang di darat. Hampir tak ada
yang memang siap untuk lepas landas untuk mempertahankan pangkalan. Para pilot
Korps Udara AD 8 berhasil mengudara selama pertempuran dan enam diantaranya
tercatat menjatuhkan paling tidak satu pesawat Jepang selama serangan
berlangsung, Lettu Lewis M. Sanders, Letda Philip M. Rasmussen, Letda Kenneth
M. Taylor, Letda George S. Welch, Letda Harry W. Brown, dan Letda Gordon H. Sterling
Jr. Sterling tertembak jatuh dan gugur oleh tembakan kawan sendiri ketika
sedang kembali ke pangkalan. Dari 33 PBY di Hawaii, 24 hancurk dan enam lainnya
rusak parah. (Tiga lagi yang sedang berpatroli kembali tanpa cacat) Tembakan
kawan sendiri menjatuhkan beberapa pesawat AS termasuk diantaranya lima yang
sedang menuju Pearl Harbour dari Enterprise. Serangan Jepang ke
barak-barak menewaskan lebih nanyak lagi personel.
Lima puluh lima penerbang Jepang dan
sembilan awak kapal selam gugur dalam tugas dan satu orang ditawan. Dari 414
pesawat milik Jepang, 29 hilang dalam pertempuran (sembilan dari gelombang
pertama, 20 dari gelombang kedua), dengan 74 lainnya rusak terkena tembakan
senjata anti-pesawat dari darat.
- Kemungkinan adanya gelombang ketiga
Beberapa perwira muda Jepang,
termasuk Mitsuo Fuchida dan Minoru Genda, arsitek utama serangan tersebut,
mendesak Nagumo untuk melaksanakan gelombang serangan ketiga untuk
menghancurkan sebanyak mungkin persediaan bahan bakar dan torpedo,
fasilitas-fasilitas perawatan dan dok kering di Pearl Harbor; dan para kapten
dari kelima ka[pal induk dalam formasinya melaporkan bahwa mereka bersedia dna
siapuntuk melaksanakan serangan ketiga. Para sejarawan militer telah
beranggapan bahwa bila serangan ketiga tersebut jadi dilaksanakan maka akan
melumpuhkan Armada Pasifik AS lebih dari sekedar kehilangan lkapal-kapl
tempurnya. Jika hal itu terjadi, “Operasi-operasi serius [Amerika] di Pasifik
akan tertunda lebih dari setahun”; menurut Laksamana Amerika Chester Nimitz, yang
kemudina menjadi komandan Armada Pasifik, “Hal itu akan memperpanjang perang
selama dua tahun.” Nagumo, bagaimanapun, memutuskan untuk mundur dengan
beberapa alasan:
- Kinerja baterai anti-pesawat Amerika sangat meningkat
selama serangan kedua, dan dua pertiga kerugian Jepang terjadi selama
serangan kedua. Nagumo merasa jika ia melancarkan serangan ketiga, dia
akan mempertaruhkan tiga perempat dari kekuatan Armada Gabungan untuk
menghabisi sasaran yang tersisa (yang termasuk diantaranya fasilitas-fasilitas
tersebut) dengan menderita kerugian pesawat yang lebih tinggi.
- Lokasi dari kapal-kapal induk Amerika tetap tidak
diketahui. Sebagai tambahan, sang laksamana khawatir karena sekarang
posisi pasukannya berada dalam jangkauan pembom-pembom Amerika yang berpangkalan
di darat. Nagumo tidka yakin apakah AS memiliki cukup pesawat tersisa di
Hawai untuk melancarkan serangan terhadap kapal-kapal induknya.
- Gelombang ketiga akan membutuhkan persiapan yang matang
dan waktu perputaran yang cukup, dan berarti pesawat-pesawat yang kembali
harus mendarat pada malam hari. Pada waktu itu, hanya AL Kerajaan Inggris
yang telah mengembangkan teknik operasi kapal induk malam hari, sehingga
ini adalah resiko yang besar.
- Persediaan bahan bakar gugus tugas tidak mengizinkannya
untuk lebih lama berada di perairan utara Pearl Harbor,karena dia
benar-benar berada di batas dukungan logistik. Untuk melakukan serangan
ketiga berarti merisikokan kehabisan bahan bakar bahkan mungkin harus
meninggalkan kapal-kapal perusaknya di jalan pulang.
- Dia yakin serangan kedua telah memenuhi tujuan utama
misinya—netralisasi Armada Pasifik—dan tidak ingin mengalami kerugian
lagi. Lagipula, adalah praktek AL Jepang untuk menghemat tenaga daripada
menghancurkan musuh secara total.
Pada konferensi di atas Yamato
pagi berikutnya, Yamamoto pada awalnya mendukung Nagumo. Dalam kenangannya,
menyisakan galangan-galangan yang vital, bengkel-bengkel perawatan, dan
depot-depot minyak berarti AS dan merespon dengan segera akan kegiatan-kegiatan
Jepang di Pasifik. Yamamoto kemudian menyesali keputusan Nagumo untuk mundur
dan menyatakan adalah kesalahan besar untuk tidak memerintahkan serangan
ketiga.
- Kapal-kapal yang karam atau rusak
Kapal Tempur
- Arizona:
Meledak; Jumlah korban. 1.177 tewas.
- Oklahoma:
Terbalik, 429 tewas. Diapungkan kembali pada bulan November 1943; terbalik
dan karam ketika sedang ditarik ke daratan utama pada bulan Mei 1947
- West Virginia:
terkena dua bom, tujuh torpedo, karam; ditugaskan kembali pada bulan Juli
1944. 106 tewas.
- California:
terkena dua bom, dua torpedo, karam; ditugaskan kembali pada bulan Januari
1944. 100 tewas.
- Nevada:
terkena enam bom, satu torpedo, kandas; ditugaskan kembali pada bulan
Oktober 1942. 60 tewas.
- Tennessee:
terkena dua bom; ditugaskan kembali pada bulan Februari 1942. 5 tewas.
- Maryland:
terkena dua bom; ditugaskan kembali pada bulan February 1942. 4 tewas
(termasuk pilot pesawat apungnya yang tertembak jatuh).
- Pennsylvania
(Kapal bendera Kimmel): di dok kering bersama dengan Cassin dan Downes,
terkena satu bom dan reruntuhan dari USS Cassin; tetap bertugas. 9
tewas.
Kapal tempur bekas (sasaran/Kapal
latih anti serangan udara)
- Utah:
Terbalik; Korban. 58 tewas.
Kapal Penjelajah
- Helena:
Terkena satu torpedo; kemabli bertugas pada bulan Januari 1942. 20 tewas.
- Raleigh:
Terkena satu torpedo; tetap bertugas.
- Honolulu:
Terkena dampak ledakan, rusak ringan; tetap bertugas.
Kapal Perusak
- Cassin: di
dok kering bersama dengan Downes dan Pennsylvania, terkena
satu bom, terbakar; kembali bertugas pada bulan Februari 1944.
- Downes: di
dok kering bersama dengan Cassin dan Pennsylvania, tersambar
api dari Cassin, terbakar; kembali bertugas pada bulan November 1943.
- Shaw:
Terkena tiga bom; kembali bertugas pada bulan Juni 1942.
Lain-lain
- Oglala
(kapal penebar ranjau): Rusak terkena dampak ledakan torpedo yang mengenai
Helena, terbalik; kembali bertugas (sebagai kapal perbaikan mesin)
pada bulan Februari 1944.
- Vestal
(kapal perbaikan): Terkena dua bom, ledakan dan api dari Arizona,
kandas; kembali bertugas pada bulan Agustus 1942.
- Curtiss
(kapal pengurus pesawat amfibi): terkena satu bom, tertabrak oleh satu
pesawat Jepang; kembali bertugas pada bulan Januari 1942. 19 tewas.
Pengangkatan kembali
Setelah pencarian korban selamat
secara sistematis, operasi pengangkatan kembali secara resmi dimulai. Kapten
Homer N. Wallin, Perwira Material untuk Komandan Pasukan Tempur Armada Pasifik
AS, segera diperintahkan untuk memimpin operasi pengangkatan kembali tersebut.
“Dalam waktu sinkat saya dibebaskan dari tugas-tugas lainnya dan diperintahkan
untuk menjadi Perwira Pengangkatan Kembali Armada secara penuh”.
Di sekitar Pearl Harbor, para
penyelam dari AL (pantai dan pemasok), Galangan Kapal AL, dan kontraktor sipil
(Pacific Bridge dan lainnya) mulai mengerjakan kapal-kapal yang dapat
diapungkan kembali. Mereka menambal lubang-lubang, menyingkirkan reruntuhan,
dan memompa air keluar dari kapal. Para penyelam AL bekerja di dalam
kapal-kapal yang rusak. Dalam enam bulan, lima kapal tempur dan dua kapal
penjelajahditambal atau diapungkan kembali sehingga mereka dapat dikirim ke
galangan kapal di Pearl Harbor dan daratan utama untuk perbaikan lebih lanjut.
Operasi pengangkatan kembali yang
intensif berlangsung sampai tahun berikutnya, dengan total jam kerja sebanyak
20.000 jam di bawah air. Oklahoma, walaupun berhasil diangkat, tak
pernah diperbaiki, dan terbalik ketika sedang ditarik ke daratan utama pada
tahun 1947. Arizona dan kapal sasaran Utah rusak terlalu parah
untuk diangkat kembali, tapi banyak dari persenjataan dan perlengkapan mereka
diambil dan digunakan di kapal-kapal lain. Pada saat ini, kedua bangkai kapal
tersebut tetap berada di tempat mereka karam, dengan Arizona menjadi
monumen peringatan.
- Kesudahan
Setelah serangan, 15 Medal of Honor,
51 Navy Cross, 53 Silver Star, empat medali Navy dan Marine Corps, satu
Distinguished Flying Cross, empat Distinguished Service Cross, satu medali
Distinguished Service, dan tiga medali Bronze Star dianugerahkan kepada para
prajurit Amerika yang pengabdiannya menonjol dalam pertempuran di Pearl Harbor.
Sebagai tambahan, sebuah penghargaan militer khusus, Medali Peringatan Pearl
Harbor (Pearl Harbor Commemorative Medal), diberikan kepada semua veteran
serangan Pearl Harbor.
Sehari setelah serangan tersebut,
Roosevelt membacakan Pidato Kelaknatannya yang terkenal kepada Sesi Gabungan
Kongres, meminta izin untuk menyatakan perang secara resmi kepada Kekaisaran
Jepang. Kongres mengizinkannya kurang dari sejam kemudian. Pada tanggal 11
Desember Jerman dan Italia, menghormati komitmen mereka dalam Pakta Tripartit,
menyatakan perang terhadap Amerika Serikat.
Pakta Tripartit adalah persetujuan
antara Jerman, Italia dan Jepang yang tujuan utamanya adalah untuk membatasi
campur tangan AS dalam konflik apapun yang melibatkan ketiga bangsa tersebut.
Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jerman dan Italia pada hari
yang sama. Inggris sebenarnya telah menyatakan perang terhadap Jepang sembilan
jam sebelum AS, sebagian disebabkan oleh serangan Jepang terhadap Malaya,
Singapura dan Hong Kong, dan sebagian lagi karena janji Winston Churchill untuk
menyatakan perang “bertepatan” dengan serangan Jepang ke Amerika Serikat.
Serangan tersebut merupakan kejutan
awal bagi semua Sekutu di Mandala Pasifik. Kerugian lebih lanjut membuat
kemunduran mereka semakin menjadi. Jepang menyerang Filipina beberapa jam
kemudian (karena perbedaan zona waktu, pada saat itu masih tanggal 8 Desember
di Filipina). Hanya tiga hari setelah serangan ke Pearl Harbor, Prince of
Wales dan Repulse karam di lepas pantai Malaya, menyebabkan Perdana
Menteri Inggris Winston Churchill mengenangnya seperti berikut “Dalam semua
perang belum pernah aku menerima berita yang sebegitu mengejutkan. Aku tak bisa
tidur dengan tenang dikarenakan kengerian berita itu. Tak ada kapal-kapal utama
Inggris ataupun Amerika di Samudera Hindia atau di Samudera Pasifik kecuali
korban selamat Amerika yang sedang tergesa kembali ke California. Di perairan
yang sangat luas ini Jepang berjaya dan dimana-mana kitalemah dan telanjang”.
Sepanjang perang, Pearl Harbor sering digunakan dalam propaganda Amerika.
Salah satu konsekuensi dari serangan
ke Pearl Harbor dan kesudahannya (yang paling terkenal adalah Insiden Niihau)
adalah para warga keturunan Jepang dipindahkan ke kamp-kamp internir bagi
keturunan Jepang. Dalam jam-jam pertama setelah serangan, ratusan pemimpin
keturunan Jepang dikumpulkan dan dibawa ke kamp-kamp berkeamanan ketat seperti
Sand Island di mulut pelabuhan Honolulu dan Kamp Militer Kilauea di pulau
Hawaii. Kemudian, lebih dari 110.000 orang keturunan Jepang, termasuk yang
sudah menjadi warganegara Amerika Serikat, ditarik dari rumah mereka dan
dipindahkan ke kamp-kamp internir di California, Idaho, Utah, Arizona, Wyoming,
Colorado, dan Arkansas.
- Insiden Niihau
Para perencana Jepang telah
menentukan bahwa dibutuhkan suatu cara untuk menyelamatkan penerbang yang
pesawatnya rusak terlalu parah untuk kembali ke kapal induk. Pulau Niihau,
hanya 30 menit penerbangan dari Pearl Harbor, dijadikan titik penyelamatan.
Pesawat Zero yang diterbangkan oleh
Sersan Shigenori Nishikaichi dari kapal induk Hiryu rusak dalam serangan ke
Wheeler, dan dia terbang ke titik penyelamatan di Niihau. Pesawat tersebut
menjadi tambah rusak dalam pendaratan, dan Nishikaichi ditolong keluar dari
bangkai pesawat oleh salah satu penduduk asli. Para penduduk pulau tersebut
tidak memiliki telepon atau radio dan sama sekali tidak mengtahui tentang
serangan di Pearl Harbor. Peta dan dokumen lainnya milik sang pilot telah
dismpan oleh pennyelamatnya, dan ketika Nishikaichi menyadari hal ini dia
meminta pertolongan dari dua warga pulau yang keturunan Jepang untuk mencoba
mengambil kembali dokumen-dokumen tersebut. Dalam pertarunga yang menyusul,
Nishikaichi terbunuh, sang warga bunuh diri, dan istrinya dipenjara.
Kemudahan warga keturunan Jepang di
Niihau untuk membantu Nishikaichi adalah sumber keprihatinan bagi banyak orang,
dan cenderung mendukung mereka yang yakin bahwa warga keturunan Jepang tidak
bisa dipercaya.
- Implikasi Strategis
Laksamana Hara Tadaichi merangkum
hasil dari serangan tersebut dengan mengatakan, “Kami menang secara taktis di
Pearl Harbor dan disebabkan oleh itu menjadi kalah perang.” Sementara serangan
tersebut berhasil menuntaskan tujuan utamanya, tapi ternyata itu sangat tidak
diperlukan. Tidak diketahui oleh Yamamoto, yang melahirkan rencana aslinya, AL
AS telah memutuskan sejak tahun 1935 untuk tidak ‘menyeruduk’ menyeberangi
Pasifik ek arah Filipina sebagai tanggapan pecahnya perang (dalam konteks
seiring dengan evolusi Plan Orange). Malahan AS mengadopsi ”Plan Dog” pada
tahun 1940, yang menekankan untuk menjauhkan AL Kekaisaran Jepang dari Pasifik
Timur dan dari jalur perkapalan ke Australia sementara AS berkonsentrasi untuk
mengalahkan Nazi Jerman.
Untungnya bagi Amerika Serikat,
kapal-kapal induk mereka tidak terkena serangan Jepang, kalau tidak kemampuan
Armada Pasifik untuk melakukan operasi-operasi ofensif akan lumpuh selama
sekitar setahun (bila tidak dibantu ooeh Armada Atlantik). Sehingga, kehilangan
kapal tempur membuat AL As tidak punya pilihan lain selain bergantung kepada
kapal induk dan kapal selamnya – senjata yang membuat AL AS menhana dan
akhirnya membalikkan gerak maju Jepang. Sementara enam dari delapan kapal
perang sedang diperbaiki dan kembali bertugas, kecepatan mereka yang lumayan
lambat membatasi pengerahan mereka dan mereka terutama bertugas untuk melakukan
bombardir pantai. Cacat utama dalam pemikiran strategis Jepang adalah
kepercayaan bahwa pertempuran puncak di Pasifik akan dilakukan dengan kapal
tempur, yang sesuai dengan doktri Kapten Alfred Thayer Mahan. Alhasil, Yamamoto
(dan penerus-penerusnya) menimbun kapal tempur untuk “pertempuran penentuan”
yang tak pernah terjadi.
Pada puncaknya, sasaran-sasaran yang
tidak termasuk dalam daftar Genda, seperti pangkalan kapal selam dan gedung
mabes lama, terbukti lebih penting daripada kapal tempur apapun. Kapal selamlah
yang melumpuhkan kapal-kapal berat AL Jepang dan membuat roda perekonomian Jepang
terhenti dengan melumpuhkan transportasi minyak dan bahan mentah: impor bahan
mentah turun sampai setengahnya pada akhir thaun 1942, “sampai sekitar sepuluh
juta ton”, sementara impor minyak “Hampir berhenti total”. Juga, ruang bawah
tanah Gedung Administrasi Lama menjadi rumah bagi unit kriptoanalitik yang
memberikan sumbangsih penting pada penyergapan di Midway dan keberhasilan
Pasukan Kapal Selam.
- Pada Saat Ini
Saat ini, USS Arizona Memorial di
pulau Oahu menghormati korban tewas pada hari terjadinya serangan. Para
pengunjung memorial mencapainya dengan perahu-perahu dari pangkalan AL di Peral
Harbor. Alfred Preis adalah arsitek yang bertanggung jawab akan rancangan
memorial tersebut. Struktur tersebut memiliki bagian tengh yang mengendur dan
ujung-ujungnya kuat dan kokoh. Itu melambangkan “kekalahan awal dan kemenangan
akhir” bagi korban tewas pada tanggal 7 Desember 1941. Walaupun tanggal 7
Desember dikenal sebagai Hari Pearl Harbor, tapi tidak dianggap sebagai hari
libur umum di Amerika Serikat. Bagaimanapun bangsa ini tetap berziarah dan
mengenang mereka yang tewas dan terluka ketika diserang oleh Jepang pada tahun
1941. Sekolah-sekolah dan tempat-tempat lainnya di seluruh negeri mengibarkan
bendera Amerika setengah tiang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar